Laporan Survei Fenomena Komunitas luar yang ada
pasca Kebakaran di Karang Asam Samarinda Kalimantan Timur
Tempat :
Karang Asam
Pukul :
11.30 WITA
Narasumber : Ibu Kustiatu dan Bapak Mustakim
(Prolog)
A.
HASIL
OBSERVASI
Kami dari
mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Mulawarman angkatan 2015, mendapatkan
tugas psikologi sosial dari dosen Andreas Agung Kristanto, S.Psi., M.A, mengobservasi
fenomena kebakaran di Karang Asam untuk
mensurvei fenomena komunitas luar yang ada pasca kebakaran di Karang Asam
Samarinda Kalimantan Timur. Pada hari Sabtu, 19 Maret 2016 pukul 11.30 WITA.
Kami datang ke TKP untuk mensurvei
langsung di lokasi, dan kami melihat seorang Ibu dan Bapak tengah memungut
barang-barang bekas, diantaranya tembaga yang sudah terbakar, panci rusak, dan masih banyak pernak-pernik
dan besi-besi yang masih layak jual yang
ia pungutnya. Inilah aktivitas pemulung yang dilakukan ditempat kejadian
kebakaran.
Tampaknya Ibu dan
Bapaknya kelihatan bersemangat meski perasaannya capek dan kepanasan mencari
barang-barang bekas di siang hari bawah terik matahari, ibu dan bapaknya tetap
saja sibuk mencari barang tersebut. Dan kami pun masih tetap memperhatikan
bapak dan ibunya dari kejauhan, dan tampaknya ibunya mengalami kesusahan mendorong gerobaknya yang
berisikan barang dan besi bekas
sisa-sisa kebakaran, gerobak ibunya sudah tidak layak pakai ditambah lagi
dengan muatan yang ada didalam gerobak, dapat dipastikan muatan itu sudah
sangat berlebih. Gerobak itu sempat terperosok ke lubang, melihat kejadian
tersebut kami berempat tidak berdiam diri, kami pun membantu mendorong gerobak
hingga gerobak tersebut dapat berjalan lagi. Setelah itupun kami bertanya-tanya
kepada ibu pemulung ini dan dihampiri oleh suami ibu tersebut.
HASIL SURVEI WAWANCARA
1. Permisi
maaf, mengganggu waktu Ibu kalau boleh tau nama Ibu dan bapak siapa yah, ibu dan bapak darimana ngapain ibu memungut barang-barang bekas ini?
Jawab
:
iya, nama Ibu Kustiatu dan Bapaknya
Mustakim, kami dari Rimbawa dan ini barang-barang
bekas kebakaran dan kami akan menjualnya ke pabrik daur ulang.
2. Sejak
kapan Ibu dan Bapak berada di tempat ini, untuk mencari barang-barang bekas
disini?
Jawab
:
Kami berada ditempat ini satu hari
setelah kebakaran, namun sebelumnya terjadi kebakaran memang tempat ini sudah
menjadi tempat dominan kami mencari barang-barang bekas, karena kami melihat
tempat ini banyak barang bekas kebakaran yang terlantar di tanah yang tidak di
pake lagi daripada menjadi sampah, kami berinisiatif untuk memungutnya dan
menjualnya kembali karena bisa dikata cukup banyak. Dan dijadikan daur ulang lagi untuk membutuhi
biaya hidup, tujuannya juga untuk membantu masyarakat membersihkan lahan
kebakaran ini.
3. Jadi
kalau ibu sudah mendapatkan barang-barang bekas ini, kira-kira nilai jual per
kilogramnya berapa?
Jawab
:
Nilai jualnya 1kg lima ratus
rupiah, namun setelah masih awal terjadinya kebakaran kami membeli
barang-barang bekas seharga seribu rupiah dari masyarakat sekitar, dan itu
tidak sebanding dengan yang kami jualnya lagi,jika dijual ke pabrik pengepul
besi tua.
4. Untuk
sampai ke penjual pabrik daur ulangnya bapak dan ibu naik apa untuk sampai
disana?
Jawab
:
Yah, kami mendorong gerobak dari
Karang Asam sampai ke Karang Paci, dengan jalan kaki.
5. Apakah
ibu asli orang samarinda atau Cuma pendatang, apakah ibu sudah berkeluarga, dan
punya anak berapa?
Jawab
:
Kami hanya perantau dari Sumatera
Jawa Tengah, kami disini hanya pendatang untuk mencari pekerjaan, dan
Alhamdulillah sudah punya 2 anak
semuanya disini dan bekerja di Bigmall.
6. Sudah
berapa tahun ibu tinggal di Samarinda, dan apa alasan Ibu dan Bapak lebih
memilih merantau ketimbang tinggal di Kota sendiri?
Jawab
:
2 tahun dan Alhamdulillah sudah 3
kali balik ke Jawa. Alasannya, karena di Jawa lapangan pekerjaan terlalu
sempit, dan akhirnya kami memutuskan merantau di luar Pulau Jawa.
7. Bagaimana
perasaan Ibu dan Bapak saat mendengar kebakaran Yang terjadi di Karang Asam?
Jawab
:
Kami sangat kaget, dan turut
berduka karena kasian para korban harus rela tidak mendapatkan tempat tinggal
dan bahkan semua pakaian terbakar.
8. Apa
pesan Ibu dan Bapak buat para korban dalam mengahadapi cobaan yang menimpanya?
Jawab
:
Semoga
tetap bisa menjalani kehidupan selanjutnya, dan bisa tabah dan ikhlas menerima
cobaan semua ini pasti akan ada hikmahnya.
B.
OBSERVASI
SELANG WAWANCARA
Dalam
observasi selang wawancara, kami melihat bapaknya sangat inverioritas karena
bapaknya merasa rendah dan kotor saat kami hendak bersalaman dengan bapaknya,
begitupun sebaliknya dengan ibunya tidak ingin foto bersama dengan kami.
C.
KESIMPULAN
a)
Pikiran
Pikiran
subyek tentang kejadian kebakaran ini yaitu, mereka berharap agar para korban
tetap bisa menjalani kehidupan selanjutnya, dan bisa tabah dan ikhlas menerima
cobaan semua ini pasti akan ada hikmahnya.
b)
Perasaan
Perasaan yang dimunculkan bapak dan ibunya yaitu
perasaan sedih melihat banyaknya korban yang kebakaran tempat tinggal yang
begitu luas lahan yang terbakar, dan perasaan capek namun masih saja tetap
semangat mencari barang bekas untuk dijualnya. Meski kepanasan karena terkena spanasnya
sinar matahari.
c)
Tingkah
laku
Tindakan yang dimunculkan yaitu bapak dan ibunya
sibuk memungut barang-barang bekas terutama besi bekas untuk dijualnya lagi ke pengepul
besi tua agar di daur ulang lagi di pabrik daur ulang . Dan pada saat setelah
barang-barang sudah dipungut bapak dan ibunya langsung menaikkan barang bekas
tersebut di gerobak dan mendorongnya sampai ke Karang Paci. Dan kelihatanya
sangat kesusahan mendorongnya karena sangat berat muatannya, selain itu bapak
dan ibu tersebut sangat menerima dan merespon kehadiran kami untuk melakukan
pendekatan terhadap mereka (ramah).
Jadi sebagai kesimpulan akhir dari survei kami yaitu
bapak Mustakim dan ibu Rustiatu yang mencari barang-barang bekas di lokasi
kebakaran di Karam Asam untuk menjualnya lagi, dan itu merupakan tempat atau
pusat pencahariannya. Dan semoga para korban kebakaran dapat menerima musibah
ini secara ikhlas dan tabah dan semuanya pati akan dilaluinya dengan baik.
Karena setiap musibah yang diturunkan oleh Allah SWT semua pasti aka nada
hikmahnya. Amin